SETU BABAKAN

Setu Babakan merupakan danau buatan dengan area 30
hektar (79 akre) dengan kedalaman 1-5 meter di mana airnya berasal dari Sungai
Ciliwung dan saat ini digunakan untuk memancing bagi warga sekitarnya. Terdapat
taman di sekitarnya yang ditanami dengan beragam pohon buah-buahan seperti
Mangga, Melinjo, Palem, Rambutan, Jambu, Pandan, dan lain-lain. Di kanan kiri
jalan utama, tampak rumah-rumah panggung berasitektur khas Betawi. Pemandangan di
sini memang memanjakan mata karena lingkungan di pedesaan ini dijaga dengan
baik.
Dalam sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai
kawasan Cagar Budaya Betawi sudah direncanakan sejak tahun 1996. Namun, baru
dirintis dan dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat setelah SK Gubernur
No.9 tahun 2000.
Pada tahun 2004, Setu Babakan diresmikan oleh
Gubernur DKI Jakarta saat itu yaitu Sutiyoso, sebagai kawasan Cagar Budaya
Betawi.
Banyak kuliner khas Betawi yang dapat dinikmati di
sini, antara lain Kerak Telor, Toge Goreng, Arum Manis, Rujak Bebek, Soto
Betawi, Es Potong, Es Duren, Bir Pletok, Nasi Uduk, Nasi Ulam, Laksa, Roti
Buaya, dll.

Pengunjung juga
dapat menyaksikan pagelaran seni budaya—Lenong, Tari Topeng, Tanjidor, Marawis,
Gambang Kromong, Tari Lenggang Nyai, dan Tari Narojeng—yang sering dipentaskan
di sebuah panggung terbuka berukuran 60 meter persegi setiap hari Sabtu dan
Minggu.
Perkampungan ini seperti kawasan biasa lainnya,
penghuninya beraktivitas seprti biasa, di antara mereka pagi bekerja dan pulang
pada malamnya. Mayoritas penduduknya adalah Betawi hingga 60%.
Pengunjung yang berkunjung dapat juga berkeliling ke
perkebunan, pertanian, serta melihat tanaman-tanaman khas Betawi di pelataran
rumah-rumah penduduk. Apabila berkunjung ke pelataran rumah penduduk, biasanya
penduduk akan memetikkan buah untuk pengunjung sebagai tanda penghormatan. Namun,
jika pengunjung ingin memetik lebih banyak dan membawanya pulang, pengunjung
dapat menegosiasikannya pada pemilik terlebih dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar